Minggu, 05 Oktober 2008

Pendampingan saat seksio sesarea

Bagaimana pendapat sejawat tentang pendampingan suami saat seksio sesarea di OK?

Mohon pendapat sejawat
Suksma
Salam
Hariyasa Sanjaya

4 komentar:

nyoman rudi mengatakan...

sah-sah saja bli, cuma yang menjadi masalah apakah persepsi keluarga pasien sama ngak dengan kita, sebab yang kita hadapi nanti adalah perbedaan persepsi yang berdampak opini publik dan ujung-ujungya di pengadilan karena kita dianggap malpraktek, meskipun mungkin di pengadilan kita menang tetapi udah membuat kita lelah. yang kedua resiko infeksi lbh tinggi dengan ikutnya keluarga ke ruang ok.

nyoman rudi mengatakan...

KEBEBASAN
Ada orang mengatakan padaku, “Jika engkau melihat ada hamba tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan.”
Kujawab,”Jika engkau melihat ada hamba tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.”

Hubungi mengatakan...

Suksma Rudi. Dalam pelayanan maternity saat ini tumbuh suatu tuntutan untuk lebih memanusiakan ibu hamil dan keluarganya. Baik saat melahirkan. Hal ini disebut dengan Humanisasi dalam persalinan, yang mencakup 3 hal:
1. Otonomi pasien. Pasien memeiliki hak dalam menentukan cara persalinannya (apakah mau persalinan alami pervaginam (di atas tempat tidur, water birth,dengan hipnosis, epidural atau dengan seksio).
2. Partisipasi aktif suami atau keluarga. Pendampingan suami saat di ruang bersalin dan sampai juga di ruang operasi sangat bermanfat dalam memberikan dukungan psikologis terhadap ibu hamil. Dan ini telah terbukti mencegah terjadinya risiko depresi postpartum atau post seksio. Dan sang suami akan mengetahui dan memahami betapa besar perjuangan istrinya melalui persalinan di kamar operasi.
3. Pengelolaan nyeri (pain management). Seharusnya tidak boleh lagi ada ibu hamil yang terpapar nyeri persalinan. Nyeri ini mesti dikurangi atau dikendalikan dengan berbagai cara. Bisa medikamentosa (ILA, epidural, gas N2O+O2), teknik-teknik alternatif (hipnosis, refleksi, akupunctur, water birth) dll.

Dan kecemasan ibu hamil yang akan dilakukan operasi itu harus dikurangi dengan salah satunya mengijinkan dan malah di beberapa RS dianjurkan untuk didampingi suami saat operasi SC.
Hal ini banyak manfaatnya seperti, suami akan dapat melihat bagaimana proses opersai terjadi dan bila ada hal yang emergensi suami bisa langsung memberi persetujuan. Dan ini akan memberikan transparansi untuk pasien dan keluarganya. Kalau kita bekerja profesional mengapa kita takut untuk terbuka apa lagi hal itu adalah hak pasien dan keluarganya untuk tahu prosedur medis atau pembedahan yang diterima oleh pasien.
Untuk mencegah ekses negatif yang Rudi khawatirkan dapat dilakukan persiapan antara lain:
1. Mempersiapkan suami dan pasien dengan penjelasan yang detail tentang tata cara selama suami mendampingi di kamar operasi. Termasuk menggunakan pakaian khusus (seperti tim operasi lainnya) untuk di OK, tempat duduk suami di sebelah kepala pasien agar bisa memegang tangan pasien dan memenangkan istrinya.
2. Semua tim OK bekerja dengan profesional dan memperlakukan pasien dengan cara yang terhormat, dan menjaga etika di kamar operasi baik pembicaraan dan penghargaan terhadap tim yang diajak berkerjasama di OK.
3.Mempersiapkan ruang OK menjadi bersih, rapi dan nyaman.
4.Memiliki dan memberikan kejujuran pada pasien dan suaminya.
5.Berdoa dan ikhlas.

Saya kira niat yang baik, dipersiapkan dengan baik, dilaksanakan dengan baik dan dikomunikasikan dengan baik maka akan berbuah kebaikan.
Jangan pernah ragu untuk berbuat baik dan benar.

Mari kita bekerja dengan lebih menghargai pasien (patient oriented), dengan profesional dan dengan kejujuran yang tinggi.

Salam

Hariyasa

nyoman rudi mengatakan...

suksma bli tiang jadi tambah mengerti tentang "humanisasi",semoga ide yang bli tampilkan akan menambah wawasan buat saya. semoga kebaikan datang dari segala penjuru