Kamis, 28 Agustus 2008



MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN
KEPADA SEJAWAT POGI YANG MERAYAKANNYA


SEMOGA KEBAIKAN DATANG DARI SEGALA PENJURU
I NYOMAN RUDI SUSANTHA

RENUNGAN MEMAKNAI HARI GALUNGAN DAN KUNINGAN

dalam rangka galungan dan kuningan edisi bulan ini saya kutipkan artikel hindu: jumlah kuda dan arti sugihan bali, makna galungan dan kuningan, artikel pak gede prama dan 5 macam yadnya dalam hindu
I Nyoman Rudi Susantha
selamat membaca semoga ada hikmahnya
Jumlah Kuda dan Arti Sugihan Bali
Sebagaimana disuratkan di dalam kitab suci Bhagawadgita, I.14 cukup jelas dinyatakan bahwa: “Kemudian setelah berdiri di atas kereta megah yang ditarik oleh dua ekor kuda putih, Krishna dan Arjuna meniup terompet dewata meraka”.Mengacu pada bunyi sloka ini sudah pasti jumlah kuda yang menarik kereta yang dinaiki oleh Arjuna dengan sais utama Sri Kreshna berjumlah dua ekor kuda putih. Tetapi dalam media lain di luar transkripsi Bhagawadgita seperti dalam gambar-gambar atau lukisan lepas terutama yang bersumber dari tanah India umumnya kereta yang ditumpangi Arjuna menjelang pecahnya perang keluarga Bharata digambarkan ditarik oleh empat ekor kuda putih.Berpijak pada pemahaman filosofis tentang jumlah kuda tidaklah begitu penting. Yang paling penting justru keberadaan kuda itu sendiri dengan tidak perlu lagi menyebutkan jumlahnya. Penggunaan kereta lengkap mulai dari kusir sampai kudanya mengandung makna filosofis yang teramat dalam. Perinciannya: kereta adalah lambang manusia, pemilik adalah lambang atma, kusir adalah lambang budhi (kebijaksanaan), tali kekang lambang pikiran dan kuda lambang indria.Pendeknya, kereta lengkap itu menggambarkan hakikat manusia itu sendiri. Soal kereta itu mau dibawa kemana, dengan cara apa, atau kapan kuda itu hendak dilarikan dengan kencang atau pelan kesemuanya terpulang pada sang pemilik yang dengan kelengkapan badan, pikiran dan budhi bisa mengarahkan kereta menuju tujuan sejati. Jadi soal jumlah kuda dalam pengertian filosofis mungkin tidak begitu penting. Sebab berapa pun jumlahnya, tetapi faktor kuda sebagai lambang indria yang perlu dikendalikan itu yang agaknya lebih penting. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan kebebasan seniman dalam menggambarkan/melukiskan atau memahatkan maka bisa saja jumlah kuda menjadi sangat bervariasi.Lalu soal Sugihan Jawa dan Sugihan Bali seperti pernah diungkap, maknanya adalah sebagai penyucian Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit atau alam semesta dan diri kita masing-masing dalam rangka menyongsong hari suci Galungan sehingga dharma benar-benar dapat ditegakkan di atas adharma. Terakhir mengenai tujuan penggunaan “lis” tidak lain sebagai sarana/upakara pembersihan atau penyucian sehingga segala noda atau mala sirna adanya.
GALUNGAN DAN KUNINGAN
Mungkin karena agama Hindu memberi kebebasan umatnya untuk menafsirkan ajaran-ajaran-Nya yang penuh dengan rahasia sekaligus kaya dengan istilah-istilah berkulit, maka sering kali membuat tafsiran yang tidak jarang keliru. Meski ada pula yang terkadang cocok walau belum tentu benar. Dari segi makna Galungan dan Kuningan, bahwa rerainan gumi itu bertujuan untuk memperoleh galang (terang) dan ning (keheningan) adalah cocok. Hanya jika dikatakan istilah Galungan dan Kuningan berasal dari kata “galang” dang “ning” tidaklah benar. Dalam konteks bahasa Bali, penafsiran demikian sering disebut “arti aud-audan” cocok meski tidak tepat.Sebenarnya kata Galungan itu merupakan istilah tersendiri yang berarti “berperang”. Sedangkan Kuningan, di ambil dari nama wuku. Kalau filosofi Galungan sudah jelas bahwa hari Piodalan Jagat itu merupakan hari kemenangan dharma setelah berperang melawan adharma selama hayat masih dikandung badan. Sedangkan secara ritual, sudah dimulai sejak tiga hari berturut-turut sebelum Galungan. Mulai Redite Pahing Dungulan, Soma Pon Dungulan sampai Anggara Wage Dungulan mulai turun menyerang (menggoda) Sang Kala Tiga : Sang Butha Galungan, Sang Bhuta Dungulan dan Sang Bhuta Amangkurat.Puncak peperangan sekaligus merupakan hari kemenangan dharma melawan adharma dalam wujud Sanga Kala Tiga itu adalah pada hari Buda Kliwon Wuku Dungulan. Pada hari itu segenap umat Hindu mengahaturkan “mahasuksmaning idep” atas Asung Kertha Waranugraha Hyang Widhi yang telah memberikan bimbingan atau tuntunan guna mencapai kemenangan dharma. Sebuah kemenangan yang sesungguhnya tidak bersifat fisik, melainkan lebih mengarah pada rohani, mental, moral dan spiritual. Dari kehidupan “gelap”nya selama ini kita jalani, dengan penghayatan tinggi terhadap Galungan untuk seterusnya mengikuti jalan lurus dan terang, berdasarkan ajaran dharma. Di dalam lontar Sundarigama disebutkan “Bu, Ka, Galungan, nga, patitis ikangajnana sandi, galang apadang, marya kena sarwa byaparaning idep”. Artinya : Buda Kliwon Galungan adalah yang mengarahkan bersatunya pikiran agar menjadi terang dan berkesadaran tinggi, untuk melenyapkan penyebab kekacauan pikiran.
addthis_pub = 'citakbagus';

ARTIKEL PAK GEDE PRAMA dalam:
Keberuntungan yang Paling Menguntungkan
kalau keberuntungan tidak lagi berlawankan kerugian, keberuntungan bias diraih dengan mudah hanya dengan mengatakan, ya, pada kehidupan. Bukankah ini bentuk keberuntungan abadi yang paling menguntungkan “Mengelola keberuntungan, itulah sebagian gambar-gambar kehidupan yang banyak dilukis dalam kekinian. Larisnya buku, majalah, acara televisi sekaligus radio yang membahas feng shui, tidak kecilnya honor konsultan feng shui, dan bahkan ada yang mengatakan kalau sebagian di antara mereka yang memiliki daftar panjang antrean klien, merebaknya demikian banyak sekolah bisnis dari Amerika, Eropa sampai dengan Asia yang berujung pada satu hal: membuat perusahan beruntung. Di Prancis (sebuah Negara di mana sejumblah pengetahuan berbasiskan rasionalitas dari dulu banyak lahir) bahkan pernah ditemukan data yang mengjutkan: peramal keberuntungan di pinggir jalan termasuk dalam kelompok penyetor pajak yang menentukan.Digabung menjadi satu, keberuntungan adalah salah satu cabang kehidupan yang menguras tidak sedikit energi hidup. Ini sama dengan cerita Nasruddin yang juga termasuk salah seorang dari kelompok pemulung keberuntungan. Di suatu waktu, Nasruddin berjalan-jalan bersama istrinya. Sebagaimana biasa, begitu melihat wanita cantik, ia pun melirik. Sadar akan hal ini, istri Nasruddin protes, “itulah kerugian laki-laki, selalu merasa wanita lain lebih cantik dan istrinya.” Merasa dirinya terpojok, Nasruddin tidak mau kalah , “malah terbalik, di situlah latak keberuntungan laki-laki. Selalu sadar akan perlunya mengagumi keindahan. Bukankah keindahan adalah bahasa Tuhan?”Entahlah, yang jelas demikianlah manusia di zaman ini dipermainkan oleh pikirannya. Cirinya sederhana, selalu mencari-cari alasan agar keinginan, hawa nafsu, dan perbuatan memperoleh kebenaran. Dan lebih hebat lagi, tatkala alasan-alasan ini ketemu, ada yang meng-claim diri obyektif, alias bebas dari kepentingan serta vasted interest, hasilnya mudah di tebak: keberuntungan bersifat datang dan pergi. Apa pun (termasuk keberuntungan) hasil produksi pikiran senantiasa bersifat datang dan pergi. Kebahagiaan di usir kesedihan, kesedihan lalu di usir kebahagiaan. Keberuntunagn digantikan kesialan, kesialan lalu diganti keberuntungan. Kekayaan ditakut-takuti kemiskinan, dan kemiskinan pun bisa diusir kekayaan.Ia semacam perlombaan hidup yang tidak mengenal kata henti. Berganti, berganti dan terus berganti. Tidak sedikit yang sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Kemudian dikunjungi stress dan sakit-sakitan. Seorang sahabat bahkan ada yang berbisik , “dimana-mana occupancy rate (tingkat hunian) rumah sakit gila melebihi seratus persen.” Sadar akan resiko hidup yang berkejaran seperti ini, bisa memaklumi kalau ada pencinta kejernihan yang menentukan mantra sederhana: “ini pun akan berlalu.” Apa dan siapa saja yang datang, selalu disambut dengan mulut yang bergumam dengan matra ini pun akan berlalu.Indahnya, siapa saja yang rajin bergumam dalam tentang mantra ini pun akan berlalu, mudah sekali memasuki wilayah-wilayah bushido. Seperti bunga di taman. Ia tumbuh, mekar, layu, gugur ke atas tanah dan tumbuh lagi. Dalam cahaya-cahaya bushido seperti ini, tentu mudah dipahami kalau Steve Nobel dalam Freeing the Spirit pernah mengutip sebagian Tao Te Ching: “When opposites no longer damage one another, both are benefited through the attainment of Tao”. Tatkala semua dualitas (benar-salah, baik-buruk, sukses-gagal) berhenti tarik-menarik, keduanya bermanfaat dalam mencapai kebenaran.Entah ada sahabat yang menelusuri jalan-jalan bushido seperti ini atau tidak. Yang jelas, banyak pejalan kaki di jalan-jalan ini sering bertutur kalau kemanapun mata menoleh yang tersisa hanya satu: keindahan. Bukan karena sedang berlibur ke Bali atau ke Swiss. Bukan juga karena baru saja memenangkan lotere miliaran rupiah. Bukan juga karena baru mendapatkan pacar baru. Melainkan sudah berpelukan rapi dengan hidup dan kehidupan. Tidak ada penolakan atau pemaksaan disana. Tidak ada dorongan-dorongan disana. Yang tersisa hanya satu: seni berkata, “ya” pada kehidupan. Ini mirip dengan apa yang ditulis Pema Chodron dalam The Wisdom of No Escape: “Hell is just resintance to life.” Neraka hanya muncul ketika terjadi penolakan terhadap kehidupan. Diluar penolakan pada hidup, neraka menghilang entah kemana.Bedanya dengan pengertian banyak orang yang mempertentangkan neraka dengan surga, dalam seni hidup yang hanya mengenal kata, ya, tidak ada lagi hal yang layak dipertentangkan atau diperlawankan. Yang ada hanya mulut yang bergumam dalam, “ini pun akan berlalu!” ada yang menyebut hidup seperti ini dengan pasrah tidak bergairah. Ada juga yang menyebutnya sebagai awal bersinarnya cahaya-cahaya kesucian di sana sini. Entahlah, yang jelas ada yang bertanya, “kalau keberuntungan tidak lagi berlawankan kerugian, keberuntungan bisa diraih dengan mudah hanya dengan mengatakan, “ya” pada kehidupan. Bukankah ini bentuk keberuntungan abadi yang paling menguntungkan?”Tentu saja kembali siapa anda. Bila anda seorang accountant yang lagi bersemangat mencari uang, tentu jawabannya lebih dekat ke negative. Bila anda adalah seorang pencari kedamaian, bisa jadi pisitif jawabannya. Kalau anda seorang spiritual traveller yang sudah berjalan jauh, anda tidak memerlukan baik jawaban maupun pertanyaan. Bahkan judul hening pun tidak perlu lagi.
addthis_pub = 'citakbagus';

renungan hindu

Berbicara tentang cara melaksanakan yadnya, sebenarnyaah ada lima cara melakukan secara garis besarnya, yaitu :1. Drwya Yadnya, artinya beryadnya dengan persembahan benda atau materi baik diwujudkan dalam bentuk banten, dana punia dan yang lainnya. Yadnya yang satu ini dalam kenyataannya dipandang sebagai sutu-satunya cara beryadnya sebagaimana diuraikan diatas.2. Tapa Yadnya, lebih bersifat individual. Karena dalam pelaksanaanya lebih menekankan usaha seseorang untuk melatih diri guna membangunkan sikap pengendalian diri yang pada akhirnya bertujuan untuk mempersatukan kembali Atma dengan Brahma. Caranya dengan selalu membersih sucikan diri (angeseng malaning sarira), mengatasi suka duka kehidupan, menjauhkan segala macam godaan, mengendalikan nafsu, menenangkan pikiran yang kesemuanya diarahkan menuju persatuan dengan-Nya.3. Yoga Yadnya, juga bersifat individual karena berisi usaha dari seseorang untuk menghubungkan atau menyatukan diri dengan Hyang Widhi. Cara yadnya ini memerlukan latihan dan disiplin yang tinggi yaitu dengan menjalankan atau memperaktekkan ajaran yoga sesuai aturan baik Sadangga yoga maupun Astangga yoga.4. Swadhyaya Yoga, merupakan bentuk yadnya dengan cara mengorbankan diri demi kepentingan yang lebih besar, mulia atau utama. Cara yadnya begini relative lebih mudah dari pada cara no. 3 dan 4. sebab dengan melakukan Suci Laksana setiap hari, bertrisandhya tiga kali sehari sudah termasuk Swadhyaya Yadnya.5. Jnana Yadnya, yaitu bentuk yadnya yang berupa persembahan ilmu pengetahuan baik yang bersifat duniawi maupun rohani. Pengamalannya tidak begitu sulit karena hanya dengan mempersembahkan pengetahuan yang dimiliki untuk kesejahteraan dan kebahagiaan oran lain sudah merupakan yadnya juga.

Sabtu, 23 Agustus 2008

merdeka dan om swastiastu

memasuki jalan tikus dan jalan besar di pulau bali, kita tertegun melihat dua kolaborasi yang luar biasa, merah putih dipadu dengan lengkungan bambu dengan hiasan janur(baca penjor), apakah artinya ini? bulan ini memang penuh rahmat, indonesia merayakan kemerdekaan yang berarti lepas dari penjajahan, sementara umat hindu merayakan galungan dan kuningan yang berarti terbebas dari cengkraman adharma. kita sadar saat ini kita belum merdeka dari kemiskinan, kita belum merdeka dari kebodohon, kita belum merdeka dari nafsu duniawi. semoga momentum ini merupakan awal dari proses memerdekakan diri yang bukan saja kita teriak merdeka, namun lebih dari itu kita harus berani melepaskan belenggu yang masih mengikat bangsa ini, dengan tindakan nyata yang berarti : berani menyuarakan kebenaran, bertekad dalam diri utk membangun negara ini mulai dari diri kita sendiri. kalau sejawat setuju mari kita mulai dari sekarang. semoga kebaikan datang dari segala penjuru. selamat ulang tahun RI ke 63, selamat merayakan gaungan dan kuningan, mohon maaf kalo ada yang salah.
hotel millenium jakarta. 07.00, 24 agustus 2008. i nyoman rudi susantha

Sabtu, 16 Agustus 2008

Merdeka

Merdeka......

Pagi ini saya membaca tulisan di Kompas Sabtu 16 Agustus 2008. Koran yang selalu baru bisa saya baca pagi hari kemudian. Tulisan tentang wawancara dengan Mantan Uskup Katolik Roma Fernando Lugo yang kini Presiden Paraguay. Lugo, seorang spiritualis yang turun gunung, yang menanggalkan jubah keuskupannya dan berpolitik dengan semangat keberpihakan kepada kaum miskin. Lugo menjawab ketika ditanya:"Anda selama ini bergaul dan hidup dengan orang pinggiran, bahkan dijuluki Uskup Kaum Papa. Apa perasaan anda ketika memasuki dan hidup di istana?". Lugo menjawab:"Saya tidak akan berubah. Sebaliknya, saya ingin mengubah politik dengan nilai-nilai kebaikan yang saya dapatkan dari lingkungan keluarga,kongregasi saya, SVD(rumah induk Sociedad del Verbo Divino), dan pergaulan dengan masyarakat miskin. Kaki saya sudah berdiri untuk kaum miskin. Tidak mungkin kaki yang sama berdiri untuk dua tempat berbeda. Kalau saya berada di istana kepresidenan, posisi berdiri saya tetap untuk kaum miskin".

Lugo, mengingatkan kita betapa selama ini kita sering bergaul dan melayani kaum miskin. Namun kita belum mampu memperjuangkan mereka secara sungguh-sungguh.

Salam merdeka

Hariyasa Sanjaya

Rabu, 13 Agustus 2008

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan

Buat sejawat sedharma segenap jajaran pengurus Ikalogi mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Semoga sehat selalu bersama keluarga, sukses dalam tugas dan semakin bijak menghadapi tantangan kehidupan. Mencari merta berdasarkan jalan dharma dan menyisihkan sebagian untuk menegakkan dharma. Semoga kebaikan selalu datang dari segala penjuru.

Minggu, 10 Agustus 2008

P2KB POGI dan IDI

Kepada para sahabat, sejawat yang memerlukan buku panduan dan Borang penilaian diri P2KB POGI dan P2KB IDI dapat saya kirimkan via e-mail. Mohon tulis alamat e-mailnya. Terimakasih.
SalamHariyasa Sanjaya

Rabu, 06 Agustus 2008

GREEN CODE

Ada perubahan kecil yang juga telah kita lakukan di IRD Obgin RS Sanglah. Yaitu untuk mempercepat response time dalam penanganan fetal distress (gawat janin). Kalau dahulu, jika kita ketemu kasus gawat janin sering kali kita harus menghubungi petugas OK, menghubungi perawat dan dokter anesthesi, menghubungi residen pediatri yang mana memerlukan rata-rata waktu bisa sampai 30 menit. Dan hal ini sangat mempengaruhi luaran bayi. Kemudian sering kita harus merayu dan kadang "memelas" agar tim OK mau percaya bahwa kasus yang kita hadapi adalah memang gawat janin.
Sekarang, sejak hampir satu tahun sudah kita melaksanakan satu sistem management gawat janin dengan sistem GREEN CODE. Dimana jarak waktu antara penentuan diagnosis gawat janin dan incisi kulit abdomen memerlukan waktu rata-rata kurang dari 10 menit. Malah ada waktu tercepat yaitu 5 menit. Sistem GREEN CODE ini alurnya adalah: residen yang menemukan gawat janin akan menghubungi telpon internal RS Sanglah di nomer 300, maka petugas operator telp akan mengumumkan dengan loudspeaker yang di pasang di semua sudut IRD dengan informasi:"Green code kamar bersalin nomer satu" yang diulang-ulang sebanyak 5 kali. Maka semua orang yang punya kemampuan melakukan SC,pembiusan, resusitasi neonatus, instrumen, asisten operasi akan serta merta berlari ke kamar operasi untuk melakukan penyelamatan terhadap gawat janin. Konsep ini seperti kode 'kulkul bulus". GREEN CODE (Kode hijau) hanya untuk kode kasus gawat janin. Dan selalu disiapkan 1 set bedah SC setiap saat. Operator telp baru akan menghentikan informasi lewat speaker tersebut jika semua tim sudah siap.Dimana koordinator kamar operasi akan menghubungi nomeo telp 300 dan mengatakan GREEN CODE SIAP. Jika ada yang terlambat datang (misalnya dokter anestesi,atau dokter anak)dan jika terjadi outcome janin buruk atau mati maka mereka akan bisa disalahkan atas keterlambatan. Setelah bayi dilahirkan, untuk konfirmasi diagnosis gawat janin dilakukan Analisa Gas Darah tali pusat. Dan telah ada sekitar 95 kasus gawat janin yang menggunakan fasilitas GREEN CODE ini. Sekarang kita (terutama residen kita) merasakan lebih tenang dalam menghadapi kasus gawat janin ini.
Mari kita dorong terus PERUBAHAN ke arah lebih baik dan benar di RS Sanglah (Kawitan) kita tercinta.

Salam
Hariyasa

Selasa, 05 Agustus 2008

JANGAN SALAHKAN TUHAN

Bila Tuhan mengabulkan permintaanmu artinya Tuhan sedang meningkatkan keimananmu.
Bila Tuhan belum mengabulkan permintaanmu artinya Tuhan sedang menguji kesabaranmu.
Dan bila Tuhan tidak mengabulkan permintaanmu mungkin Tuhan punya rencana lain yang lebih baik buatmu.

Meconium Peritonitis

Laporan kasus

Hariyasa Sanjaya IN, Suwardewa TGA, Kornia Karkata M, Surya IGP, Jayakusuma AAN, Suryanegara K.
Divisi Feto-maternal, Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, FK Unud/RS Sanglah Denpasar

Meconium peritonitis (MP) dapat didiagnosis jika ditemukan area hiperekogenik di dalam perut janin pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Penelitian pada neonatus dilaporkan prevalensi MP adalah 1 dalam 35.000 kelahiran hidup. Meconium peritonitis merupakan hasil dari reaksi kimiawi steril dari adanya perforasi ileum intrauterine. Respons inflamasi sekunder berupa diproduksinya cairan yang membentuk asites, fibrosis, kalsifikasi dan kadang membentuk suatu kista. Hasil akhir dari proses ini bervariasi yang kemudian membentuk empat jenis meconium peritonitis yaitu: fibroadhesif, kistik, menyeluruh (diffuse) dan yang mengalami penyembuhan. Kami melaporkan satu kasus meconeum peritonitis pada fetus di bawah ini.
Laporan kasus
Seorang wanita 35 tahun, hamil yang kedua, 24-25 minggu, dirujuk oleh dokter SpOG dengan hydrops fetalis untuk investigasi dan penanganan lebih lanjut. Riwayat persainan sebelumnya dengan seksio sesarea oleh karena perdarahan antepartum karena plasenta previa. LMP:09-09-2006. Saat dirujuk pasien juga mengeluh perutnya dirasakan lebih besar dari usia kehamilannya dan terasa agak tegang. Tidak ditemukan kelainan medis. Golongan darah B,Rh positif. Pada pemeriksaan ultrasound ditemukan janin laki-laki tunggal,hidup,presentasi sungsang,dengan fetometri: BPD: 6,62 cm (25 minggu+3hari); AC: 25,93 cm (30 minggu+1 hari); FL: 3,74 cm (21 minggu+6 hari) dengan rata-rata: 26 minggu+ 3 hari; EFW: 1224 gram. Tampak asites pada janin dengan echogenic bowel serta polyhidramnion. Tidak tampak kelainan anatomis lainnya.Tidak tampak akumulasi cairan di rongga tubuh lainnya. Plasenta di posterior dengan ketebalan 3,99 cm di daerah sentral. Pemeriksaan doppler pada arteri umbilikalis rasio S/D: 3,24 dengan Pulsatil index:1,16 . Dan PSV (peak systolic velocity) pada MCA (middle cerebral artery) 27,9 cm/detik (<1,5 MoM) yang berarti normal (tidak terjadi anemia pada janin). Pemeriksaan serologis TORCH (Toxoplasmosis Ig G(+),IgM(-); Rubella IgG(+),IgM(-); Cytomegalovirus IgG (+), IgM (-); Herpes virus 1 Ig G(-), Ig M (-).
Pada kasus ini dilakukan amniocentesis untuk pemeriksaan kariotyping dengan hasil kromosom 46 XY. Dan juga dilakukan amnioreduksi serial oleh karena polyhidramnion, serta dilakukan parasentesis oleh karena terjadi asites yang masif pada janin yang dapat menyebabkan tekanan pada diafragma yang berlebihan. Cairan paracentesis dilakukan pemeriksaan kultur bakteri. Didapatkan hasil steril. Pada saat usia kehamilan di atas 34 minggu terjadi pengurangan jumlah cairan asites dan volume amnion menjadi normal. Seperti terlihat pada gambar no.4.
Selanjutnya dilakukan pemantauan serial mingguan dengan ultrasonografi. Persalinan spontan saat usia kehamilan 40-41 minggu, dilakukan persalinan dengan vakum ekstraksi oleh karena pasien tidak efektif mengedan. Lahir bayi laki-laki,3300 gram,panjang lahir:52 cm, lingkar kepala:35 cm, lingkar dada: 34 cm, lingkar perut: 33 cm, bugar,skor APGAR: 1’:8 dan 5’:10. Hemoglobin:16,9 gram%, albumin: 4 gram %. Miksi (BAK) normal, BAB normal, menyusui baik. Dilakukan X-ray abdomen, tampak udara mengisi usus bagian atas sampai usus bagian bawah. Dilakukan CT-scan untuk mencari tanda-tanda kalsifikasi pada cerebri berhubungan dengan infeksi cytomegalovirus. Tidak ditemukan kalsifikasi intra-kranial, ditemukan massa hiperdens di occipital, sulcus dan gyrus cerebri kesan normal. Evaluasi sejawat dari Bagian Bedah Saraf disimpulkan dengan intracranial hemorrage di occipital dengan penatalaksanaan konservatif. Keadaan terakhir janin sampai saat laporan ini dibuat dalam keadaan baik.

Gambar 3.Gambaran ultrasound saat 24 minggu,2 hari.Polyhidramnion.
Gambar 1.Gambaran ultrasound saat 24 minggu,2 hari.Tampak asites, echogenic bowel.
Gambar 2.Gambaran ultrasound saat 24 minggu,2 hari.Tampak asites, colour doppler pada potongan mid-sagital.
Gambar 4. Gambaran ultrasound saat usia kehamilan 39 minggu,6 hari pada potongan tranversal setinggi hati, tidak tampak asites.
Gambar 5. Gambaran kurva lingkar abdomen janin.
Gambar 6. Bayi saat lahir
Gambar 7. Bayi saat usia 20 hari

Diskusi
Penelitian eksperimental pada binatang menunjukkan bahwa kalsifikasi baru terdeteksi setelah 8 hari sejak meconium keluar ke rongga peritoneum. Penyebab tersering meconeum peritonitis adalah lesi iskemik pada ileum yang berhubungan dengan obstruksi mekanik (atresia, volvulus, intussuception, congenital bands, Meckel diverticulum dan interna hernia). Penyebab ini terjadi pada 50 % kasus meconeum peritonitis. Meconeum peritonitis dapat pula disebabkan oleh infeksi virus (cytomegalovirus atau parvovirus B19). Meconeum ileus juga merupakan penyebab pada kurang dari 25% kasus meconeum peritonitis.
Sonografi prenatal yang ditemukan untuk mendukung diagnosis meconium peritonitis adalah kalsifikasi intra-abdominal, asites, polyhidramnion dan dilatasi usus. Foster et al melaporkan insidens gambaran sonografi dari tujuh kasus meconium peritonitis: kalsifikasi intra-abdominal ditemukan pada 86 %, asites pada 64%, polyhidramnion pada 71% dan tanda obstruksi usus 46%. Terdapat tiga jenis utama dari meconium peritonitis yang dapat diidentifikasi pada pemeriksaan ultrasound prenatal: kistik (meconium pseudocyst), difus, dan fibrosadhesive.
Meconium pseudocyst merupakan gambaran sonografi yang paling sering ditemukan pada kasus meconium peritonitis dan tampilan berupa massa hyperechoic. Asites juga sering ditemukan. Diffuse meconium peritonitis biasanya berhubungan dengan polyhidramnion, asites janin dan sejumlah kalsifikasi intra-abdominal.Dinding abdomen janin juga dapat tampak menebal oleh karena edema. Jenis fibroadhesive meconium peritonitis diakibatkan adanya deposit kalsium yang banyak di peritoneum yang dapat menutup lesi pada usus.
Pada kasus ini asites mulai berkurang secara spontan saat usia kehamilan 34 minggu. Apakah ini berkaitan dengan maturitas saluran pencernaan dimana kebocoran usus mengalami perbaikan. Seiring dengan berkurangnya asites, volume cairan amnion menjadi normal. Apakah paracentesis pada janin (fetal abdominocentesis) memberikan manfaat untuk meningkatkan prognosis pada kasus ini? Dan asites pada janin akan menghilang spontan tanpa intervensi? Pertanyaan tersebut perlu didiskusikan.
Pada kasus ini pemeriksaan untuk deteksi parpovirus B19 tidak dapat dilakukan karena tidak dapat dilakukan di Indonesia. Pada gambar 7 tampak bayi sehat pada saat usia 20 hari.

Referensi
1. http://www.fetalsono.com/Demo/DemoAns.html
2. 1992-01-07-20 Cytomegalovirus syndrome with ascites, hepatitis, and negative serology © Richards http://www.thefetus.net/
3. 1993-11-03-21 Meconium peritonitis mimicking urinary ascites © Petrikovsky http://www.thefetus.net/
4. Woodward,Kennedy,Sohaey.Pocket Radiologist.Obstetrics top 100 diagnoses.1st ed,AMIRSYS,Utah,2003,152-4